Minggu, 18 Desember 2022

Urutan Kitab Belajar Ushul Fiqih

 •• Urutan Kitab Belajar Ushul Fiqih ••


“Maulana, pertanyaan terakhir,” izinku kepada Asy-Syaikh Al-Mu’allim sebelum beliau beranjak dari kursi mengajarnya. “Silahkan.” “Terkait kitab Ushul Fiqih, bagaimana urutan terbaik mempelajarinya?” 


“Al-Waraqat, Al-Minhaj, Al-Mukhtashar,” jawab beliau singkat seraya menghitung dengan jari. “Setelah itu Al-Mahshul dan Al-Ihkam,” imbuhnya.


1. “Al-Waraqat” karya Imamul Haramain (w. 478 H)

2. “Minhajul Wushul ila ‘Ilmil Ushul” karya Imam Al-Baidhawi (w. 685 H)

3. “Mukhtashar al-Muntaha” karya Imam Ibnul Hajib (w. 646)

4. “Al-Mahshul fi ‘Ilmil Ushul” karya Imam Ar-Razi (w. 606 H)

5. “Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam” karya Imam Al-Amidi (w. 631 H)


Sebagai pelengkap, saya kembali bertanya: “Lalu apa syarah terbaik untuk tiga pertama, Maulana?” Beliau menjawab:

“Al-Waraqat, pegang syarah Imam Al-Mahalli (w. 864 H). Jika mau menambah setelah itu, maka syarah Imam Al-Hatthab (w. 954 H). Dengan 2 syarah itu, kamu telah memenuhi haknya Al-Waraqat, tanpa harus melengkapi dengan syarah Imam Ar-Ramli (857 H) atau syarah apapun lainnya. Syarah Al-Hatthab adalah kelanjutan dan pelengkap syarah Al-Mahalli. Dengan syarah Al-Mahalli, tidak harus lagi membaca kitab-kitab hasyiyah terhadap Al-Waraqat. Karena Al-Waraqat itu isinya istilah-istilah ushul fiqih, permasalahan di dalamnya tidak banyak, dan sama sekali tidak ada permasalahan yang rumit. Sehingga tidak terlalu sulit difahami, terlebih bagi yang telah mempelajari dengan baik Nahwu, Balaghah, dan Manthiq.”


“Setelah memahami Syarah Al-Mahalli, kamu bisa langsung masuk ke Minhaj Al-Baidhawi. Tapi dengan syarat kamu bagus dalam Nahwu dll tadi. Syarah terbaik Al-Minhaj adalah syarah Al-Isnawi (w. 772 H)."


"Imam Al-Isnawi, subhanallah! - beberapa kali setelah ini beliau memandang ke atas dan kembali memandang kami - Bahasanya sangat mengalir dan penjelasannya sangat amat tertata rapi. Beliau mengumpulkan berbagai syarah dan meraciknya, lalu menghidangkannya memakai bahasa beliau dengan sangat luar biasa. Beliau juga tidak banyak menyebutkan penukilan pendapat, tidak juga banyak menambahkan anak cucu permasalahan dalam mensyarah.”


“Syarah Al-Isnawi adalah syarah ta’limi yang mumtaz! Saya tidak bercanda. Kebenaran harus dikatakan. Lewat syarah beliau, kamu bisa mencapai derajat ‘Alim’ dalam Ushul Fiqih, tapi tidak dengan derajat ‘Muhaqqiq’."


"Subhanallah! Syarah beliau. Setiap kali saya membacanya, saya merasakan bahwa beliau telah mencurahkan kemampuan maksimal dengan bakat yang Allah anugerahkan pada beliau. Itulah kenapa syarah beliau dipilih sebagai diktat di Fakultas Syariah. Tapi yaa tentang bagaimana mereka mempelajarinya, itu urusan lain.”


“Sedangkan Mukhtashar al-Muntaha, syarah terbaiknya tentu adalah syarah Adhud Al-Iji (w. 756 H). Tapi syarah tersebut sangat sulit. Itu.”


“Adapun Jam’ul Jawami’ (karya Imam Ibnu As-Subki, w.771 H), beserta berbagai syarah dan hasyiyahnya, kalian jangan masuk lewat sana. Nanti justru hanya akan membuang-buang waktu. Itu nanti setelah kalian selesai mempelajari ilmu ushul fiqih, setelah kalian mutqin di dalamnya. Saya telah khatam mempelajari Jam’ul Jawami’ dengan Hasyiyah Al-‘Atthar (w. 1250 H). Saya tahu persis isinya. Dan suatu hari nanti, akan ada saatnya Insyaallah saya mensyarah Jam’ul Jawami’, bagi yang mau.”


Spontan setelah kalimat terakhir itu saya nyeletuk, “Ana ma’ak Insyaallah,” diikuti tawa semangat dari sekitar 10 orang yang duduk mengitari beliau saat itu.

---

Dars Ushul Fiqih Al-Waraqat syarah Imam Al-Mahalli akan diadakan di Dar Imam Ghazali dan diajar langsung oleh Asy-Syaikh Al-Mu’allim Maulana Husam Ramadhan Hafidzahullah, pada pertengahan bulan November ini Insyaallah dalam kurun 3 bulan, dibagi 2 sesi: 1 bulan sebelum ujian S1 Univ. Al Azhar dan sisanya setelahnya.

Sabtu, 17 Desember 2022

KITAB LANGKA "HASYIATUL BAJURI" (4 Jilid)



KITAB LANGKA "HASYIATUL BAJURI"   (4 Jilid)

Salah satu kitab dari Grand syekh Alazhar Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Bajuri 

Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn al-Qasim al-Ghuzzi ‘Ala Matn asy-Syuja‘i (selesai tahun 1258 H/1842 M).

Kitab karangan beliau yang konon hingga saat ini masih dipelajari di Al-Azhar Asy-Syarif.

Pengetahuan dan kapasitas keilmuan Al-Bajuri yang mumpuni, yang diperolehnya dari para guru besar di Al-Azhar, membuatnya dipercaya sebagai seorang tenaga pendidik di almamaternya tersebut.

Berkat ketekunan dan keikhlasannya dalam belajar dan mengajar, pada akhirnya ia diangkat ke posisi yang tinggi. Pada tahun 1263 H/1846 M, Al-Bajuri diangkat menjadi syaikhul Al-Azhar, menggantikan Syaikh Ash-Shafti, yang wafat. Kedudukan sebagai syaikh Al-Azhar ini diembannya hingga akhir hayat.

Setelah wafatnya Al-Bajuri, dewan tertinggi Al-Azhar sempat kebingungan menunjuk tokoh yang kapasitasnya setara dengannya, sehingga untuk beberapa waktu Al-Azhar dipimpin oleh empat orang syaikh pengganti Al-Bajuri.

Sebagai seorang Sunni sejati, Syaikh Al-Bajuri mengembangkan Madzhab Asy’ariyyah, baik di Al-Azhar maupun dalam kehidupan masyarakat muslim Mesir, sebagaimana masa pemerintahan Ayyubiyyah dan Mamalik, yang menebarkan manhaj Asy‘ariyyah..

Disebutkan dalam manaqibnya, Al-Bajuri adalah seorang ulama yang amat mencintai dzurriyah Rasul SAW. Ia rajin mengunjungi dan berziarah kepada para dzurriyyah, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Salah satu bukti kecintaannya itu bisa kita lihat pada bagian akhir dari salah satu karyanya, Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn Qasim. Al-Bajuri menampakkan kecintaannya dan semangatnya bertabarruk dengan ahlul bayt Nabi SAW dan ulama salaf shalih, khususnya Sayyid Ahmad Al-Badawi.


Dalam kitab karyanya tersebut, secara khusus ia menyarankan kepada siapa pun yang mengkhatamkan hasyiyahnya itu untuk membacakan hadiah Fatihah bagi Sayyid Ahmad Al-Badawi, yang dalam merampungkan kitab tersebut bertepatan dengan hari haul Al-Badawi. Itu pula barangkali yang menjadikan karya-karyanya banyak disambut baik para pelajar dan terasa betul manfaat dan keberkahannya hingga sekarang.